folder Filed in Thoughts, Wedding And Marriage
Can I Go Out With The Boys Dear?
Edward Suhadi comment 0 Comments

Here is an article I wrote for the latest Her World magazine. Sorry english readers 🙁

Can I Go Out With The Boys Dear?
by Edward Suhadi

“Oh ya, nanti akan ada Billy, Deddi dan Jacob. Paling akan makan, nonton. Do you mind if I go?”

Saya sudah menikah lebih dari lima tahun lamanya dan sudah sering pertanyaan seperti itu dilontarkan oleh pasangan saya. Dengan sedikit rasa bangga saya bisa katakan bahwa saya selalu menjawab, “Not at all. Have a good time.”

Yang selalu saya syukuri dari pernikahan saya dengan Francy istri saya adalah bahwa kita mempunyai komunikasi yang baik. Jarang sekali ada dialog-dialog klasik seperti: “Kamu kenapa?” yang kemudian dibalas dengan ketus: “Gapapa.”

Bagi kami, kesedihan, ketakutan dan terutama kekecewaan disampaikan sama fasihnya seperti menyampaikan berita baik dan kegembiraan.

Komunikasi yang lancar ini, serta masa pacaran kami yang lama selama 7 tahun membangun kepercayaan yang cukup dalam, sehingga saya hampir tidak pernah memikirkan dia sedang ada di mana dan berbuat apa dengan siapa. I completely trust her.

Mungkin saya termasuk dalam kelompok pasangan yang sudah sangat beruntung, karena saya tahu banyak teman-teman yang masih berjuang untuk membangun kepercayaan ini. Banyak sekali laki-laki yang saya kenal akan sangat tidak nyaman mengijinkan istrinya berpergian dengan teman-teman lelakinya.

Semuanya jadi serba salah. Dijawab “Enggak boleh” nanti dikira cemburuan dan kolot, dijawab “Boleh” nanti panas dingin memikirkan istrinya sedang makan siang dengan hangatnya, penuh dengan canda tawa, lirik-lirikan dan remas-remas tangan. Okay that may have gone too far. Tapi begitulah yang namanya cemburu: Otak kita jadi sangat kreatif menciptakan adegan-adegan ‘panas’ *lap keringat*

Berikut adalah pendapat saya tentang pasangan saya yang bepergian dengan teman-teman laki-lakinya.

Masalah nyaman atau tidaknya, baik dalam meminta ijin dan dalam memberikan ijin tersebut, menunjukkan kualitas hubungan yang kalian miliki.

Memang bukan sebuat patokan yang pasti, tapi bila teman-teman memiliki sebuah hubungan yang sehat (komunikasi lancar dan ada rasa percaya) – maka soal permintaan ijin adalah hanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar “Kamu bete ga makan malam sendirian?”

Namun bila pengutaraan niat saja sudah bisa membuat suami panas dingin dan memulai debat sengit menuju ke perkelahian, maka sebetulnya ada hal-hal mendasar yang perlu dibereskan.

Meminta ijin sang suami menunjukkan hal baik bahwa si istri mau bersikap jujur dan masih menghormati pendapat suami.
Mungkin lebih mudah bagi sang istri untuk diam saja dan pergi diam-diam, namun fakta bahwa dia masih bertanya menunjukkan bahwa dia ingin jujur dan memang tidak ada apa-apa.

Dihormati adalah bahasa cinta yang paling kuat yang dimengerti oleh laki-laki. Buat kami diambilkan makanan dalam sebuah acara keluarga jauh lebih berarti daripada diberikan kado kejutan terbungkus rapi yang diselipkan di bawah bantal.

Dengan bertanya dan dimintai pendapatnya, kami akan sudah sangat senang sekali karena merasa dianggap dan dihormati. Yes, we’re cavemen I know. But it’s true.

Menurut saya, pergi dengan laki-laki lain adalah baik, karena membuka wawasan dan memberikan ruang gerak yang sehat untuk pasangan kita.
Dengan keluar dari rutinitas sehari-hari, bepergian dengan orang baru, walaupun itu laki-laki, akan membuka wawasan dan memberikan break yang baik untuk kesehariannya. ‘Lihat-lihat’ yang sehat maksud saya. I don’t mind.

Jikalau teman tersebut lebih pemalas/karirnya jelek/tidak ganteng/tidak lucu/suka bersendawa keras dan garuk-garuk bokong maka tentunya kita malah senang karena kita akan terlihat lebih oke. “Thank God I married you darling,” gumamnya seraya dia tertidur di dada kita.

Nah masalahnya jika ternyata temannya ini adalah seorang dokter sukses lulusan Jerman/tampangnya juga mirip dokter-dokter di Grey’s Anatomy/humoris/simpatik/mengantar pulang kamu dengan S-Classnya… *menelan ludah*

Namun sekali lagi, jika kalian punya hubungan yang sehat dan dewasa, dan kalian memang mencintai pasangan kalian yang sedang dengan kaus butut dan celana pendeknya menunggu kalian di rumah, bukan tidak mungkin setelah pulang makan malam yang ‘inspiratif’ ini malah kalian tergugah untuk menjadi pasangan yang lebih baik lagi dan bertekad menjadi partner yang akan melejitkan si laki-laki yang sudah kalian janjikan seumur hidup kalian.

Kalian bisa saja pulang mendamba-dambakan si Mr. Dreamy Doctor, tapi pertanyaannya apakah kalian hanya seorang day-dreamer, atau seorang fighter?

Saya tidak berkeberatan istri saya pergi makan malam berduaan saja.
But please leave the S-Class at home, ‘kay bud? And forget the hair grooming.

Tolong jangan pergi dengan mantan-mantan pacar kalian.
Yah, akal sehat lah ya. Jangan bermain dengan api, dan jangan juga mengetes kesabaran pasangan kalian. “Kita ga ada apa-apa” bukan berarti tidak akan terjadi apa-apa. Seperti kata orang tentang diet: Jangan mecobai diri sendiri dengan menemani teman makan ke all you can eat buffet.

Kalau suami kalian mengijinkan kalian pergi dengan mantan kalian, mungkin kalian sangat beruntung mendapatkan dia karena dia punya hati yang sangat besar. Tapi jika suami kalian mengijinkan kalian pergi dengan mantan kalian sebulan sekali, mungkin sekali dia juga sedang pergi dengan mantannya sebulan sekali.

Bahkan sebelum berniat untuk pergi, tanya dan jawab dulu dengan jujur: Kalian ingin pergi untuk apa?
Untuk catch-up? Kangen teman lama? Break dari keseharian? atau karena dari dulu naksir tapi ga pernah kesampean? Atau karena eneg lihat suami di rumah? Atau berharap siapa tahu nanti kita remas-remasan tangan?

If you value your relationship and you think it is worth fighting for, then don’t even think about going for the wrong reasons.

Setelah semuanya usai, sangat mungkin malah hubungan kalian akan jadi lebih kuat dan hangat.

Tidak ada yang lebih diinginkan oleh manusia selain dipercaya. Terutama oleh orang-orang yang penting dalam hidupnya.

Walau dengan ragu, walau dengan sedikit rasa was-was, tapi kita bilang “Okay” karena kita mau belajar untuk percaya dan memberikan keleluasaan, maka sangat mungkin ketika istri-istri kita ini kembali, mereka akan mengecup pipi kita dan berkata “Proud of you bud, I love you even more. Thank you for trusting me.”

And then probably some hot sex *grin*