folder Filed in Thoughts, Uncategorized
Saya Memaafkan Prabowo.
Edward Suhadi comment 0 Comments

Ini bukan tulisan sindiran. Ini sungguhan.

Kita sering lupa bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Banyak sekali hal tergantung dengan cara kita dibesarkan, keluarga kita, nilai-nilai yang ditanamkan di kita, lingkungan kerja kita, pertemanan kita.

Tidak ada manusia yang sempurna. Tak akan pernah ada. Kita bukan Tuhan. Yang sedang menulis ini? Jauh dari sempurna dan banyak dosa hitam dan kekurangan saya yang kamu tidak akan pernah tahu, sehingga saya tidak pantas membenci orang karena kesalahan mereka.

Prabowo dengan pelanggaran HAM-nya, penculikan aktifisnya, indikasinya sebagai salah satu tokoh di balik kerusuhan 98 yang menjadikan banyak orang-orang keturunan Tionghoa seperti saya menjadi korban.

Hatta Rajasa dengan dugaan korupsi dan kedekatannya dengan mafia minyak serta permainannya dengan hukum untuk melepaskan anaknya.

Aburizal Bakrie dengan pengemplangan pajak dan keengganannya bertanggung-jawab atas Lapindo dan kesusahan ribuan rakyat Indonesia.

Saya sudah memaafkan mereka semua. Mungkin saja mereka manusia yang lebih baik dari saya, hanya Tuhan yang tahu pasti tentang itu.

Sungguh, kalau kamu bisa melihat hati saya sekarang: Hati saya sejuk, tidak ada emosi dan saya sudah memaafkan mereka. Manusia mana sih yang tidak pernah berbuat salah?

Tetapi.

Ada tetapi besarnya nih.

Tetapi memaafkan dan melupakan adalah dua hal yang amat sangat berbeda.

Orang sering menyamakan dua hal yang berbeda ini. Banyak orang memilih Prabowo karena mereka sudah memaafkannya.

Tapi sekali lagi, ini adalah dua hal yang amat berbeda.

Paling gampang saya kasih contoh seperti ini.

Ingat kasus-kasus ketika terungkap ada babysitter-babysitter yang bersikap kejam ke anak-anak yang mereka jaga? Ingat video-video yang memperlihatkan mereka ini memukul, menampar dan membanting anak-anak? Ini contoh salah satunya (bahkan ada adegan si anak dibekep dengan kain karena tidak berhenti menangis)

[youtube id=”Cq7oi4cLSB8″]

Saya sendiri seringkali tidak sanggup menonton. Sering saya skip dan hanya baca artikelnya tanpa memutar videonya. Ga kuat. Saya membayangkan diri saya menjadi orang-tua yang melihat rekaman tersebut, betapa hancur luluh lantak hati mereka ketika mengetahui kebenaran ini. Seorang teman dekat pernah mengalaminya sendiri.

Nah, buat mereka yang cukup dewasa, mereka yang sudah matang secara rohani dan kuat secara jiwa, sangat mungkin mereka memaafkan para babysitter ini. Saya sudah pernah melihat begitu banyak orang-orang yang disakiti begitu dalam, namun sanggup dan secara tulus memaafkan mereka yang menyakitinya. Tidak lagi ada amarah, tidak ada lagi air mata jika mengenang masa lalu itu. Jika bertemu, mereka berbincang, tidak ada lagi emosi dan makian. Hal itu sudah lewat, dimaafkan dan sudah selesai. Kita kagum dengan orang-orang dewasa seperti mereka.

Tetapi, jika ada orang tua yang masih mau meninggalkan anaknya berdua dengan si baby sitter yang pernah menampar, memukul dan membanting anaknya ketika mereka tidak ada, ini adalah hal yang tidak masuk di akal. Hanya orang tua yang tidak waras yang akan melakukan hal itu.

I have nothing against Prabowo, Hatta, Ical, Suryadharma Ali, and all of them personally. Kalau mereka mau makan malam di rumah saya, saya akan masak buat mereka dan saya akan jadi tuan rumah yang baik dan saya akan mencoba berbincang2 dan berkelakar dan mendengarkan cerita-cerita mereka. Saya akan siapkan makanan penutup dan buah, dan mungkin juga siapkan box-box plastik buat mereka yang mau bawa pulang makanan. Sungguh. I am not kidding.

Tetapi menitipkan mereka dengan amanah kekuasaan tertinggi ekonomi, hukum dan militer di negeri ini, setelah semua catatan-catatan yang pernah mereka perbuat? Itu adalah hal yang amat sangat berbeda teman.

“Dia hanya manusia yang bisa salah. Kita semua juga pernah salah kan?” adalah alasan yang sangat valid dan masuk akal untuk memaafkan dia sebagai seorang manusia, tapi alasan yang sangat tidak cukup untuk memilih dia sebagai seorang presiden yang akan memiliki kekuatan penuh di negeri ini.

You forgive the babysitter who hit your baby, but you will never let her anywhere near your child again.