folder Filed in Uncategorized
Jangan Hanya Manis Dan Laku
Edward Suhadi comment 0 Comments

CMB_1814

Photo 25-2-15 2 31 06 pm

Photo 25-2-15 4 12 12 pm

Photo 25-2-15 5 39 02 pm

Pagi ini saya sedang berada di tengah-tengah desa di Bantul, Jogjakarta, sambil menunggu si calon pengantin wanita dirias.

Tim kita sedang dalam tur memotret tiga pasangan untuk prewedding portraits mereka, dengan setting kota Jogja dan sekitarnya. Saya salah satu fotografer yang sangat percaya pada lokasi prewedding lokal, dan menggunakan unsur-unsur cantik dan budaya yang kaya di negeri ini sebagai latar cerita cinta pasangan-pasangan saya.

Senang sekali lihat hasil-hasilnya. Hangat dan autentik, serta terasa kental ceritanya. Mungkin karena kita juga berangkat dari pasangan-pasangan yang percaya akan hal ini.

CMB_2979

Processed with VSCOcam with f2 preset

Dari awal jumlah pasangan yang mau prewedding lokal memang tidak pernah sebanyak lokasi-lokasi yang populer/luar negri, dan jujur memang lebih sulit menjual dan membujuk prewedding lokal ini.

Mungkin juga karena sedang di Jogja, saya jadi ingat sebuah lagu dari Jojga Hip-hop Foundation yang berjudul Jula Juli Lolipop. Kalau teman-teman belum tahu Jogja Hip-hop Foundation yang dipimpin seniman/aktivis Marzuki ‘Juki’ Muhamad, mereka adalah grup hip-hop+rapper tapi menggunakan boso jowo. Keren, visioner, dan sekaligus inspiratif. Internationally acclaimed, mereka sudah tampil di mana-mana sampai show berkali-kali di luar negri. Saya juga sempat membuat video klip relawan jaman kampanye dulu dengan Mas Juki.

Lagu Jula-Juli Lolipop dari pertama kali saya dengar sudah berbicara ke hati saya dan pagi ini ingat lagi karena melihat foto-foto hasil prewedding tiga hari ini 🙂

Semoga lirik ini menjadi penyemangat ESP yang katanya sering bandel dan aneh-aneh 🙂 Kita selalu tahu bahwa bisnis sehat harus juga menguntungkan, namun rasa senang dan bangga akan karya selalu menjadi ukuran utama yang kita kejar.

Saya juga persembahkan lagu ini untuk teman-teman fotografer/seniman apapun seperjuangan di luar sana, dan terutama pasangan-pasangan yang percaya bahwa tidak apa-apa untuk menjadi idealis, menjadi diri sendiri dan tidak mengikuti arus. We need you guys to make a change.

Saya berikan terjemahan liriknya juga ya. Maaf jika salah-salah dan kurang tepat.

[youtube id=”A6AFWZMIsts”]

JOGJA HIPHOP FOUNDATION – JULA JULI LOLIPOP

ngemut permen, permen lollipop
bunder tur gepeng rasane legi
kepengen mbeken pengen dadi ngetop
karyane laris tur senine mati

Makan permen, permen lolipop
Bundar gepeng rasanya manis
Kepingin terkenal pingin jadi ngetop
Karyanya laris tapi seninya mati

jaman saiki kabeh do blereng matane ne
podo nuruti pasar apa pesenane ne
ngene wis dadi caraku golek pangane ne
seni ra penting sing panting entuk duite te

Jaman ini semua matanya silau
Hanya menuruti pasar pesenannya apa
“Begini aja caraku cari makan!”
Seni tidak penting yang penting uangnya

inspirasine wis ilang dipendhem mati ti
rasa solidaritase wis podo lali li
karya seni kontemporer jaman saiki ki
mung koyo emutan ning ilat krasa legi gi

Inspirasinya sudah hilang dipendam mati
Rasa solidaritasnya sudah pada lupa
Karya seni kontemporer jaman sekarang
Cuma kayak permen diemut rasanya manis

sing dibojo nilai rupiah lan dolare re
golek cara ben payu laris dagangane ne
karya senine lali nggambarke rakyate te
rakyat sing urip sengsara apes nasibe e

Yang disayang cuma nilai rupiah dan dolarnya
Cari cara biar laku laris dagangannya
Karya seninya lupa menggambarkan rakyatnya
Rakyat yang hidup sengsara apes nasibnya

ana kancaku sing kepengen dadi artis (artis)
pancen dasar bocahe senengane narsis (narsis)
banjur tingkah polahe mung sing manis-manis (manis)
malah koyo permen rasane kringis-kringis

Ada temanku yang ingin jadi artis
Memang dia dasarnya sukanya narsis
Kemudian tingkah-lakunya cuma yang manis-manis
Malahan seperti permen rasanya kecut-kecut manis


nek tak pikir-pikir kok koyo tukang kayu
mung waton ngemali apa-apa sing payu
seni saiki nuruti pasar sing mlaku
dadi bakulan asal tau sama tau

Kalau dipikir-pikir kok seperti tukang kayu
Cuma sembarang bikin apa-apa yang laku
Seni sekarang mengikuti pasar yang laris
Jadi jualan asal tau sama tau

saya suwe dodolane kok saya payu
tambah sugih wonge uripe tambah maju
omahe dadi gedhong dicet werna biru
gedhe magrong-magrong kamare ana pitu (weh wolu)

“Saya sudah lama jualan kok saya laku”
Tambah kaya orangnya hidup tambah maju
Rumahnya besar dicat warna biru
Besar banget kamarnya ada tujuh (mau delapan)

jaman mbiyen iseh ngonthel numpak pit onta
saiki wis numpak mobil gedhe tur dawa
tuku apa-apa ra perlu ndelok rega
kamengkon ndisek kerep njaluk aku sega

Jaman dulu masih naik sepeda onthel
Sekarang sudah naik mobil besar dan panjang
Beli apa-apa gak perlu lihat harga
Padahal dulu sering minta saya nasi

jaman semana iseh ramah karo aku
kok saiki sikape malih dadi kaku
ganti hape nganggo hape tipe terbaru
seneng mung blonjo wo mlaku-mlaku (wasu)

Jaman dulu masih ramah sama saya
Tapi sekarang sikapnya jadi kaku
Ganti hape tipe terbaru
Sukanya belanja dan jalan-jalan

omahe ra mek diparani bos kagol
takon apa ana karya sing siap didol
karya seni koyo dagangan jenang dodol
seni kok saya mawut wis modhol-modhol

Rumahnya didatangi bos yang kecewa
Tanya apa lagi karya yang siap dijual
Karya seni seperti dagangan dodol
Seni sekarang kok semakin berantakan gak karu-karuan