folder Filed in Life
Menuju Hamil - Part 1 of 3
Edward Suhadi comment 21 Comments

“Ward…” panggil dia.

“Ward, dia keluar wad…” panggil dia lebih keras lagi.

Saya bangun, masih belekan dan penuh liur berjalan terhuyung-huyung ke kamar mandi.

“Apa sih?” kata saya.

“Gua batuk tadi, terus dia keluar…” kata Pancy yang masih basah kuyup di tengah mandinya, menunjuk ke sesuatu berwarna merah di lantai.

Tergeletak di sana seperti sepotong daging merah, tipis, seluas jari tangan. Mirip sepotong hati ayam.

Kami bukannya ngeri, walaupun tetap diselimuti selembar rasa sedih, tapi malah bersyukur. Dengan obat ternyata sudah bisa keluar kantung embrionya, sehingga tidak harus kuret.

Iya, Pancy mengalami keguguran, setelah 8 minggu sebelumnya kita bersukacita karena percobaan bayi tabung pertama kami setelah 10 tahun menikah, berhasil.

Istilah medisnya blighted ovum, atau sering disebut BO. Tubuh Ibu mengenali kehamilan yang terbentuk tidak sempurna, dan dengan alami memutuskan untuk tidak meneruskan kehamilan. Kehamilan terjadi, plasenta terbentuk, tapi isinya kosong.

It’s pretty amazing actually. The body has this mechanism that protect itself from potentially producing imperfect offsprings.

Saya dan Francy sebetulnya pasangan yang cukup tertutup soal kehidupan pribadi kami, tapi ketika tulisan kami yang ini viral dan menguatkan begitu banyak mereka yang sedang berjuang juga (read the comments), saya merasa mungkin ada baiknya pengalaman kami dibagikan, paling nggak buat pasangan-pasangan muda lain.

So this post is mainly for couples trying to get pregnant. Khusus tentang perjalanan kami. Banyak nama dokter dan istilah medis. Filosofi tentang anak, parenting, dll akan saya tulis di post-post berikutnya. Kalau kali ini topiknya kurang menarik untuk kamu, monggo menunggu tulisan-tulisan saya yang berikutnya 🙂

Francy dan saya menikah di April 2007.

Seperti banyak pasangan muda yang beruntung untuk bisa jalan-jalan dan punya karir oke, kami belum terlalu memikirkan tentang anak, tapi “puas-puasin pacaran” (respon standard well-meaning folks yg jadi awkward karena nanya basa-basi “Anaknya udah berapa?”)

Di 2011 kami pertama kalinya pergi ke dokter Dr. Indra Anwar di Bunda, melakukan tes-tes awal. Francy melakukan tes HSG, untuk mengecek saluran telurnya. Cairan khusus disemprotkan ke dalam vagina, lalu difoto X-Ray. Hasilnya semacam melihat jaringan pipa air di rumah, apakah ada yang mampet. Sperma saya juga dianalisa.

Hasilnya saluran Francy bagus, tapi indung telur dia rada ke belakang dan miring. Sperma saya, bentuknya jelek dan kurang gesit berenang. Hehe… Kemungkinan karena saya gemuk dan jarang berolah-raga. Tapi masih dalam batas oke.

Saran dokter waktu itu melihat usia pernikahan kami yang masih muda, untuk terus mencoba saja secara alami. Kami juga tidak berpikir terlalu banyak mengingat secara kedokteran tidak ada yang ‘salah-salah amat’ dengan keadaan kami.

Bertahun-tahun kami menikmati bebas merasakan ‘tidak punya buntut’. Dari campervan trip di New Zealand, masuk ke pedalaman bersama Indonesia Mengajar, pergi-pergi cukup puas ke kota-kota di dunia, dan terakhir getol menyelami surga-surga bawah air di timur Indonesia.

Di anniversary ke-7 kami, saya juga menulis tulisan ini, yang juga ternyata dibaca cukup banyak orang. Masih feeling okay, walaupun mulai khawatir-khawatir juga 🙂

Tahun 2014, ketika usia saya 35 tahun dan Francy 34, kami akhirnya memutuskan untuk kembali ke dokter untuk lebih ‘proaktif’ lagi dalam perjalanan kami menjadi orang tua.

Kali ini kami ke Prof Nugroho Kampono, di Brawijaya Woman and Children Hospital, karena kakak Francy melahirkan di sana. Setelah diperiksa, Francy didiagnosa dengan keadaan PCOS – intinya telurnya Francy itu kecil-kecil.

Francy lalu ditreatment dengan obat Ovacare, Dipthen, Femara, diminum di setiap hari ketiga menstruasi. Lalu kami ke dokter di hari ke-11/12 untuk melihat telurnya. Jika telurnya matang dan cukup besar, kami langsung lanjut ke inseminasi.

*Fun fact. Dari dulu saya pikir telur itu banyak setiap kali menstruasi. Kayak 20-30 butir. Tapi ternyata setiap siklus itu telur yang matang alami hanya satu. Ketika sudah lebih tua, ada kemungkinan telurnya yang matang dua.

*Fun fact lagi. Ternyata sel telur itu tidak ‘bertambah’ atau diproduksi lagi selama perempuan hidup. Jumlah sel telur selalu sama, semua perempuan sudah punya ‘jatah’. Setiap kali masa subur, satu sel telur ini matang dan keluar dari indung telur untuk siap dibuahi. Lucu yak.

Buat kalian yang baru di urusan beginian, intinya pengobatan untuk bisa hamil itu ada beberapa level ‘proaktif’ atau ‘kesengajaan’.

Pertama, bersikap proaktif dengan kalender. Berhubungan badan alami pada masa subur.

Kedua, lebih proaktif dengan inseminasi. Sperma dikeluarkan, dipilih yang bagus dan jago berenang, lalu diletakkan/dipasang dengan bantuan doker ke dalam rahim yang sedang subur dan ada telurnya. Tindakan medis tapi tanpa bius tanpa sakit dll.

Ketika, paling proaktif dengan IVF (In-Vitro Fertilization). Sperma dikeluarkan, telur dikeluarkan, dipertemukan di lab (mungkin di cawan kaca, hence “bayi tabung”) – lalu embrio yang berumur berusia sehari/kurang ini dipasangkan/diletakkan di rahim ibu.

Saya dan Francy mencoba inseminasi untuk pertama kalinya di 2014. Kami mengikuti prosedur semuanya, dan disuruh pulang dan kembali dalam 2 minggu.

Francy mungkin waktu itu semacam terbawa perasaan, gejala-gejala mual dan perut kram sempat terjadi. “Wuih, berhasil nih!” Kami ganjen dan langsung beli test-pack. Divideoin segala pas beli test-packnya, maklum baru pertama kali. Patah rasahnya hati ini ketika hasilnya negatif.

Kami ngotot masih mau berharap sampai ketika akhirnya diperika Prof Nugroho, di USG dan tes darah, ternyata memang betul, tidak hamil. Tidak berhasil.

Kami istirahat beberapa bulan, lalu mencoba lagi inseminasi untuk kali kedua. 2 minggu setelah prosedur dilakukan, ada sebuah bentuk memang di rahimnya Francy. Ada dugaan bahwa mungkin berhasil. Tapi ketika kembali lagi di pemeriksaan berikut, ternyata bentuk tadi itu adalah kista.

Buat yang selalu bertanya-tanya walaupun sering dengar kista this kista that, kista itu adalah sebuah kantung/selaput yang biasanya berisi cairan/darah.

Keberadaan kista ini mempengaruhi siklus normal matangnya telur. Like I said, the body is protecting itself, “Woi, ada benda asing, jangan betelur dulu!”

Francy akhirnya minum obat yang membersihkan kista ini. Dan menjadi tidak subur selama 4 bulan. Lalu Francy diminta menstruasi normal dulu selama 2 bulan.

Setelah itu kita mencoba lagi inseminasi kali ketiga, dan tidak berhasil juga.

Kami memutuskan akhirnya untuk pindah dokter, kali ini ke Dr. Andi Hudono di Jakarta Women and Children Clinic.

Dalam persiapan untuk bayi tabung dengan Dr. Andi, kita kembali dikasih obat penyubur dan diminta coba dulu untuk berhubungan badan alami. Francy sempat terlambat seminggu, kita sempat berharap-harap cemas, tapi ternyata ketika diperiksa, ternyata kembali di rahim Francy tumbuh kista.

Kita dihadapkan ke dua pilihan. Pertama melewati perawatan selama 6 bulan lagi dengan obat untuk membersihkan kista seperti sebelumnya, atau melakukan laparoskopi, (operasi dengan sayatan minimal) untuk membersihkan si kista.

Di sini lah titik balik saya akhirnya memutuskan ke Penang.

(bersambung ke part 2)

  1. keep strong koko dan cece
    sebagai penggemar tulisan mu,,
    dan sebagai pasangan yang juga sedang berjuang promil,, i feel u,,

    anak itu hadiah dari Tuhan,,,
    akan datang disaat yang tepat,

  2. Ko Edward dan Ci Francy, tetap semangat, Tuhan punya banyak cara ajaib utk menjawab doa kita, tetap percaya, jangan patah berharap. Saya akan terus dukung doa utk kalian, agar mujizat datang tepat pada waktu Nya Tuhan 🙂 terkadang waktuNya Tuhan beda sama timingnya manusia, tapi saya yakin pasti lebih Indah waktunya Tuhan. Semangat!!! God Bless!

  3. Keep fighting Koko Edward dan Cici Francy ? saya setuju sekali tulisan Koko ini akan banyak membantu pasangan muda utk terus berharap dan berusaha utk punya anak? buat info ko, kista yg sering hilang timbul seperti ci Francy, ada baiknya ci Francy pantang makan segala hal yg mengandung kacang kedelai, dan ayam negeri, Krn itu memancing hormon timbulnya kista. sebelum kehamilan ke 1 saya, saya didiagnosa ada 1 kista, 3 miom dan polip rahim, setelah jlnin pantangan makan, kista dan polip saya hilang dan miom dr 3 menjadi 1, dan menurut dokter Harijanto di RS gading Pluit, saya tidak perlu menjlnin operasi apapun spt diagnosis 3 dokter berbeda seblmnya. Sekarang saya dan suami lg mensyukuri berkah kehamilan ke 3 saya melalui promil dgn prof.nugroho ?,kalo untuk sperma supaya bagus, banyakin makan toge dan kacang panjang ko. Tetap semangat dan terus berdoa ya ko, semoga cepat berhasil insem atau bayi tabung selanjutnya??

      1. Benar ci, kalo kata dokter Harijanto, kista jg tergantung jenisnya, tp yg pasti sumber utama berasal dari makanan dan pola hidup kita ci?

  4. Ko edward, saya & istri menikah dari tahun 2008, dengan kondisi istri yang sama sekali tidak mengalami mens sejak masa remaja. Dia hanya mens di masa awal pubertas, setelah itu berhenti total. Awal pernikahan, kita jalan ke dokter untuk treatment, mulai dari dokter yang ternyata tidak paham masalah kita, sampai akhirnya kita menjalani proses bayi tabung sebanyak 2 kali & gagal.

    Kita ga tau apa yang bisa kita share, karena we’ve been there & saya pribadi berasa sedih & sempet kecewa banget sama Tuhan ketika proses kedua gagal.

    Tapi ko, Tuhan telah, akan & tetap sangat baik ko. Kita sudah putuskan bahwa dengan atau tanpa adanya anak, nilai kita sebagai keluarga & suami istri tidaklah berkurang atau menjadi minus. Kita pun sudah tidak ke dokter / menjalani treatment apapun sejak 2012. Tahun ini, oleh kebaikan Tuhan, istri saya ternyata hamil ?
    A gift from God Himself.

  5. God give the hardest battles to His strongest soldiers! Keep praying and have faith in God. He will always be faithful and keep His promises 🙂 your journey reminded me of ours. We tried lVF and it didn’t work out and we believe God has better plan for us. When we attempted to do our second IVF cycle, we got pregnant naturally and our daughter is almost one now 🙂 i will be praying for u tonight. God bless u Edward and Francy!

  6. Edward dan Francy, kita pernah rasain yang kalian rasain, berkali-kali keguguran dengan seribu satu sebab akibat dan kondisi rahim yang kurang kondusif… dan sampai pada suatu titik kita berserah dan mensyukuri apa yang sudah kita miliki.

    Ketika suatu saat diberi kejutan hamil, rasa gak percaya dan meragukan kuasa Tuhan muncul bahkan sampai rada ngancem Tuhan, jangan becandain kita lagi deh Tuhan… kita dah terima kok kondisi kita…. namun Tuhan berencana lain dan akhirnya lahirlah Philomena…

    Kita cuman bisa berdoa bersama kalian berdua dan gak akan bosen ingetin bahwa Anugerah anak ini akan diberikan tepat pada waktu Tuhan… dan kita gak bisa mereka-reka kapan yang menurut Tuhan baik. Kalau dulu kami sempet mikir setelah 35 gak usah mikirin hamil lagi… ternyata Tuhan maunya 38 baru bisa hamil.

    Tetap berusaha, berserah dan percaya bahwa Tuhan tahu apa yang terbaik buat kita…

    Saluuut banget buat kalian karena mau share pengalaman ini karena kami tahu bagaimana dan apa yan kalian rasakan ketika melihat embrio itu. Rasa sakit sedih semua jadi satu.
    Semoga tulisan Edward bisa terus bantu dan memberi semangat yaaa

  7. so can relate with the story. Masih ingat the roller coaster feeling tiap bulan harap2 cemas dan kekecewaan yang muncul setiap kali tamu yang tidak ditunggu itu datang. Sebagai seorang istri, my biggest encouragement adl mendengar suami berkata bahwa ‘jangan biarkan ketidakhadiran seorang anak mengurangi kebahagiaan kita sbg pasangan’, the feeling of acceptance from my life partner is my greatest source of strength. Akhirnya berkah Tuhan buat proses kita berhasil saat saya usia 36 and now shes almost 3.. stay strong in Him.

  8. Love your writing, more importantly I love your story! There’s always bright light in the end of a tunnel. Semoga si kecil yg diidamkan bisa diberikan oleh Tuhan pada waktunya. Jangan kendor dan terus berdoa, jangan putus asa, dan terus berharap berpegang teguh sana Tuhan. God Bless both of you!

  9. Koko, saya dan suami sudah 9 tahun menikah dan apa yang koki alami (termasuk usaha usahanya), sama dengan yang kami alami. Sekarang kami dalam keadaan pasrah dan hepi hepi aja.. kita percaya dapat ga dapat Tuhan atur.

  10. Edward dan fancy, keep fighting.. kalo boleh coba akupuntur, saya juga 11 thn menunggu, coba inseminasi, kalo ivf belum, sejak remaja jarang banget menstruasi. Coba akupuntur hampir 1,5 thn akhirnya menstruasi lancar dan Puji Tuhan hamil tanpa tratment dr dokter kandungan… memang akupuntur tidak bisa instan dan memerlukan proses panjang… teman saya ikut akupuntur, kurang lbh 8 bulan hamil tanpa treatment dokter (5thn menunggu buah hati).

  11. semangattt, give the rest to God.
    saya pcos, saya juga di vonis blighted ovum,,
    but Alhamdulillah, what docter said blighted ovum currently already 10 months cute boy.

  12. Shallom Ko Edward Suhadi.

    Saya dan istri. Mengalami hal yang sama dengan koko.

    Saya sudah pernah kensultasi dengan dokter di Darmansara Malay. Tentang bayi tabung. Saat lebaran 2016.

    Istri saya juga ada kista.
    Kl mnrt dokter, kalo mau bayi tabung. Segala sesuatu yang dianggap mengganggu kehamilan harus di singkirkan.

    Desember 2016, kita ketemu dengan Dokter Nadir Chan di RSIA YPK Theresia. Untuk proses Laparaskopi (itu proses buat angkat kista dan dari vagina bawah dimasukin cairan, apakah cairan itu keluar ke indung telur atau ngga, kl ngga keluar berarti mampet) dan proses Hipereskopi (dari vagina dimasukin kamera, dilihat apakah ada pelengketan atau apa.)

    Setelah operasi laparaskopi dan hipereskopi. Biasanya di tempat lain, dikasih obat stop menstruasi. Tapi sama dokter Nadir. Ngga.

    Setelah itu. Orang tua sudah mendorong tuk bayi tabung.
    Tapi kami koq tidak damai.

    Bulan maret 2017. Masing2 kami dapat kata2 dalam hati “Tunggu April”. Dan disaat itu kami diminta untuk mulai pelayanan. (Saat di jkt saya pelayanan gereja, tp saat saya pindah ke bdg, saya tidak lg pelayanan.)

    Saat kami mulai pelayanan kembali, dan tanpa di pikirkan. Ternyata istri saya positif hamil dan sekarang berjalan 11 weeks.

    Memo : kami pernah konsul ke Dr Handaya di RS Medistra tebet.
    Tmn istri pernah ke dokter handaya, dia juga sulit memiliki anak. Saat ke dokter handaya, ternyata dia memiliki kelainan, dimana antibodinya sangat menolak Sperma. Jdi sperma masuk, sperma2 tersebut langsung dimatiin sama anti bodynya.
    Di program sama dokter handaya, ternyata sekarang mereka sudah berhasil.

    Ini sedikit share dari saya.

    Saya berdoa bagi Ko Edward Dan Ci Francy. Agar Anugerah Tuhan Melimpah buat Koko dan cici. Diberkatihalah Buah Kandungan Cici dan Diberkatilah kesuburan buat koko.

  13. Pingback: Little Toe

Comments are closed.