folder Filed in Life
“Kalau gua ajarin semua yang gua tau, nanti dia lebih pinter dari gua.”
Edward Suhadi comment 22 Comments

Sering banget denger orang ngomong begini kan? 🙂

Semalam saya dan hampir semua fotografer yang pernah bekerja bareng di ESP berkumpul, makan malam dan ngopi temu kangen, dipicu oleh salah seorang kita yang sedang datang dari luar kota.

ESP adalah kependekan dari Edward Suhadi Productions, brand wedding photography yang pernah berkiprah selama hampir 10 tahun sebelum saya mengganti papan namanya menjadi Ceritera, agency tempat saya berkarya sekarang.

Setelah makan, kita ngopi. Enak sepi karena lagi kena boikot.

Bikin lingkaran karena waktu makan malam tadi mejanya persegi.

(Tip: kalau makan bersama untuk reunian/ngobrol, pilih resto chinese food yang mejanya bunder. Enak semua orang bisa lihat semua orang. Itu yang kita sadari semalam.)

Karena waktu sudah malam, akhirnya saya ‘arahkan’ ngobrolnya supaya semua dapat kesempatan ngomong dan kita semua bisa dengar. Setiap orang saya minta bicara satu hal yang dia syukuri, dan satu hal yang menjadi pergulatan/perjuangannya saat ini.

Kebanyakan mereka saat ini masih memotret freelance, dan ada juga yang masuk brand besar, selain ada yang tetap terus di Ceritera. Ada yang buka usaha (non-foto) sendiri. Ada yang cerita tentang kesehatan, tentang keluarga, tentang kangen berkarir lagi walaupun sulit karena sudah punya buntut. Semua sudah menikah, semua rata-rata di atas 35 tahun umurnya.

Luar biasa rasanya. Keliling mendengarkan mereka yang dulu pernah satu atap bekerja dan berjuang mengerjakan proyek-proyek yang besar dan kecil, yang menantang dan membuat ketawa, yang membuat kesal dan membuat bahagia.

Orang terakhir, yang saya ga usah sebut namanya karena nanti ge-er dia, bilang, “Gua cuma mau bilang thank you Edward. Semua hal yang elu ajarin dulu, semuanya itu kepake di hidup dan pekerjaan gua sekarang. ”

Berdesir darah di nadiku. Bahagia.

“Semua value yang elu ajarin ke kita, itu gua ga pernah dapet di tempat lain. Dan elu ajarin kita semua di sini standard yang tinggi. Orang suka bilang ah, ‘gw bukan fotografer utama, ga usah terlalu gimana-gimana amat.’ Tapi gua selalu inget elu ajarin bahwa kita satu tim. Fotografer utama dan fotografer ketiga, itu semua harus punya skill dan value dan standard yang sama. Gua belajar semua itu dari elu dan dari waktu gua di ESP.”

“Semua orang bisa motret sekarang. Kamera sudah sebegitu canggihnya, editing sudah begitu mutakhirnya.”

“Tapi value, service, standard, dan karakter, itu yang jarang sekali ditemuin. Gua sangat bersyukur bisa jadi bagian dari keluarga ini, karena ga semua orang dapet kesempatan itu. Cuma kita yang ada di lingkaran ini yang bisa belajar langsung.”

Lalu dia liat saya, “Gua jadi fotografer kayak sekarang itu karena elu.”

“Di kantor gua sekarang, gua sering ditanyain sama yang muda-muda, “Kak, kok bisa sih begini, begitu, dll dll, ya gua selalu bilang, gua belajar semua ini karena elu. Dan sekarang apa yang elu lakukan ke gua, gua bagikan semua ke anak-anak yang di bawah gua.”

Hidung saya sudah sangat lega bernapas karena sudah sebegitu besar lubangnya.

Yang lain lalu ikut nimbrung.

“Betul. Saya belajar percaya diri, belajar untuk terus maju kalau gagal, belajar untuk tidak pernah mengeluh dan merasa diri malang, itu memang belajar dari Edward. Memang bener kepake semua yang dulu ditanemin ke kita, dan saya bersyukur banget.”

Ada yang menimpali, “Idem.”

Lalu yang lain menambahi, “Memang itu standard yang kau set. Kita semua jadi mengikut.”

Tulisan kali ini bukan hanya tentang memuji diri saya sendiri, I’m getting somewhere 🙂

(Ada juga sih keinginan untuk menuliskan semua ini supaya bisa tercatat dengan baik bahagia saya ini.)

I always love building people.

I love it. I think it is my true calling.

Dibanding harta kekayaan, jauh lebih bahagia melihat orang bertumbuh, bisa berdiri sendiri dan mandiri dan akhirnya jadi pemimpin yang melahirkan pemimpin-pemimpin baru.

Di awal perjalanan saya, saya bisa paham pernyataan yang menjadi judul tulisan ini, karena saya sendiri berpikir hal yang sama.

Tapi bergaul dengan orang-orang yang jelas lebih pintar, lebih bijaksana dan memiliki hati lebih mulia daripada saya, saya jadi mengerti dan berubah pemikirannya.

Dan ini pesan saya kepada para pemimpin:

Jangan pernah takut bahwa mereka yang di bawah kamu akan lebih pintar dari kamu, mengungguli kamu, dan hidup kamu akan susah dan hancur karenanya.

Bahkan satu-satunya tujuan dari seorang pemimpin adalah membuat mereka yang di bawah kamu untuk jadi pemimpin yang lebih baik, pintar dan bijaksana daripada kamu.

Jauh melampaui kamu.

Beneran.

Jangan pikirkan dia akan ambil kerjaan kamu, jangan pikirkan dia yang nyebelin akan memanfaatkan kamu, jangan pikirkan bahwa dia akan mencuri rahasia-rahasiamu dan lalu membuka usaha sendiri.

Ini adalah pemikiran seorang false leader, pemimpin yang kayaknya seorang pemimpin tapi sebenernya bukan. Pemimpin yang seumur hidupnya akan bantet jika dia tidak merubah cara pikirnya.

If you want to be a true leader, the single most important thing you must do is to make the people you lead to become a better leader than you.

Kok bisa?

Bisa.

Karena, pertama, ketika kamu benar-benar tulus mencurahkan waktu, perhatian, dan hati kamu untuk membangun orang, mereka yang dibangun akan selalu merasakannya. Dan ketulusan adalah hal yang sangat-sangat kuat. Apalagi di hari-hari ini langka banget ini barang, orang-orang yang tulus membantu tanpa pamrih.

People always change. Mereka yang culas, berhati licik, pahit dan berencana jahat, bisa menjadi orang yang sangat berbeda dengan sebuah ketulusan yang terus-menerus mereka terima. Mungkin saya naif, tapi seumur hidup saya lakukan ini.

If you do good to people, sincerely do good with love, people cannot harm you.

There are cases of course. Ungrateful, cunning and evil people are exceptions, not the norm. 99% of the time, they won’t and can’t harm you.

Kedua, karena kalau kamu kerjanya membangun orang, kamu sedang membangun diri kamu sendiri. Setulus-tulusnya kamu memberi semua ilmu kamu, tanpa pamrih dan penuh ikhlas yang sempurna, kamu tetap dengan sendirinya sedang membangun diri kamu sendiri.

Karakter, hati, kewibawaan, kebijaksanaan, cara pikir, kesabaran, wawasan, ketulusan, semua itu akan naik dengan sendirinya ketika mereka yang di bawah kamu naik. Ini fakta yang tidak terelakkan. Gua juga bingung bisa begitu. But it’s true. Itu hukum kepemimpinan yang pernah saya dengar dan sekarang rasakan sendiri. Tidak terelakkan.

Ketiga, pemimpin sejati yang berhasil, akan selalu ingat darimana mereka berasal. Mereka akan selalu ingat dari mana mereka belajar hal-hal ini, kapan mereka dengar ucapan-ucapan yang merubah hidup mereka, siapa yang meluangkan waktu dan hatinya untuk membantu mereka. Mereka pasti dan akan selalu ingat.

Semua mentor saya, mereka yang menginvestasikan waktu mereka untuk saya, saya ingat semua nama, wajah, waktu dan kata-kata yang mereka ucapkan. Sejelas seperti baru terjadi kemarin.

And I am forever grateful.

I am.

These people are my heroes. I will always respect them for the examples they have given me, and I will always cherish them because they believed in me when I was nothing.

Katakanlah saya sukses, saya berhasil dan berkuasa hari ini. Sehebat-hebatnya saya, saya tidak akan pernah berniat setetespun mencelakai mereka. Orang gila apa gua? Yang saya pikirkan malahan selalu bagaimana saya bisa membalas semua investasi mereka.

Tapi anehnya, mereka ini tidak pernah ‘butuh’ bantuan saya. Seberhasil-berhasilnya saya, setinggi-tingginya saya naik, mereka saat ini sudah naik jauh juga di atas saya. (Lihat poin nomor dua.)

Seru ya.

Jangan terpengaruh cerita-cerita di buku silat yang bilang bahwa guru musti sembunyikan dan punya jurus-jurus rahasia buat memukul muridnya yang nanti akan berbalik melawan dia. Rambut kamu tidak dikuncir dan kamu tidak kemana-mana makan bakpao kan? 😀

Jangan buat dua tiga cerita buruk tentang para murid yang menusuk dari belakang menjadi panduan kamu hidup, berpikir dan bersikap. Jadikan cerita-cerita ini pandangan, bukan patokan. Kalau kamu betul seorang pemimpin berkharisma, tulus, pintar dan bijaksana, people cannot, want not, and will not harm you.

Satu aja tips saya ketika mau membangun orang. Saya ucapkan ini berulang-ulang untuk semua yang saya ajar untuk jadi pemimpin:

Dari hari pertama, dari saat pertama kamu menjabat tangan ‘anak didik’-mu, dalam hati kamu, ucapkan ikhlas: bahwa mereka suatu hari tidak akan jadi anakmu lagi.

Bahwa mereka di sini hanya sementara, bahwa mereka mungkin sekali lebih cerdas, kuat, berbakat, dan akan punya kesempatan-kesempatan yang lebih baik daripada kamu.

Bahwa mereka mungkin akan pakai semua yang kamu ajarkan untuk berkarir lebih bagus dari kamu, bahwa mereka akan pakai rahasia-rahasia kamu untuk membuka usaha mereka sendiri.

Bahwa mereka akan meninggalkan kamu.

Mungkin baik-baik dan penuh hormat, tapi mungkin juga dengan menertawakan kamu dan membicarakan kamu di belakang punggung kamu. Mereka juga mungkin akan melupakan kita.

Tapi mereka *pasti* akan meninggalkan kamu.

Ucapkan ikhlas ini, dari hari pertama kamu menjabat tangannya.

Karena jika ini sudah bisikkan di hati kamu, ringan sekali jalanmu nanti membangun dia.

Apapun yang kamu ajarkan, langkahmu enteng seperti di awan.

Hati kita juga sudah terjaga, karena tidak ada yang akan menjadi kejutan. Kita sudah tahu dan siap dari hari pertama.

Untuk semua anak muda yang pernah dan masih menjadi ‘anak didik’ saya – tidak ada sedikitpun yang saya tutupi dan tahan. Jika dia sudah menjadi bagian keluarga saya, saya akan berikan dan buka semua. Semua tips, triks, values, trade secrets, strategi. Semua.

Dalam setiap kesempatan yang ada saya sodorkan mereka ke spotlight, saya usahakan orang-orang tahu bahwa mereka berbakat dan mereka perlu kesempatan-kesempatan yang banyak dan bahwa mereka lebih bisa dan lebih pintar dari saya. I vouch my name on them.

Saya akan berusaha sekuat tenaga saya supaya mereka jadi pemimpin yang lebih baik dari saya.

Naturally akan ada yang jadi, akan ada yang tidak. Tapi itu buat di tulisan lain deh. Panjang 🙂

Seorang teman, yang juga mentor saya pernah bilang,

“Kita ini suka merasa sudah lebih ‘canggih’ karena tujuan hidup kita bukan lagi materi dan prestis, tapi legacy. Cieeeh. Keren. Impact kita ke orang lain. Nama kita harum nanti kalau kita udah mati.”

“Padahal kalau mau jujur, seberhasil-berhasilnya kita, sekeren-kerennya kita, ketika kita udah game over nanti juga, yang inget nama kita pasti juga cuma sedikit.

‘Oh iya, gua inget dia tuh. Sayang ya dia udah ga ada.'”

“Udah.”

“Orang akan melanjutkan hidup, orang akan semakin sibuk, hidup akan terus bergulir. Orang akan lupa nama kita dan apa yang kita buat.

“Jadi gua sekarang, ya, ga berharap banyak dan nggak ngoyo tentang meninggalkan ‘legacy’. Gua bantu orang karena gua seneng aja, dan seneng kalau apa yang kita tanam bisa jadi buah yang baik di hidup dia. Kalau dia inget dan berterima kasih, ya anggep aja itu bonus. Tapi gua dah ga pernah pikirin.”

Saya sangat setuju.

Bagi semua anak muda yang pernah saya bangun, saya memang tidak pernah sedikitpun berharap tentang balas budi, berharap bahwa mereka akan inget apa yang saya ajarkan, berharap bahwa mereka selalu ingat investasi waktu, tenaga dan perhatian saya ke mereka dan bahwa mereka akan selalu menganggap saya pemimpin mereka.

Ikhlas dari hari pertama.

Tapi percakapan semalam di kedai kopi itu, tidak bisa dipungkiri bahwa saya bahagia banget. Tidak diharapkan, tapi sangat menyenangkan. Benih-benih saya berbuah.

Dan baiknya buat saya, menyemangati saya lagi untuk terus membangun orang. Apa yang kita tanam dengan hati dan niat baik tidak pernah akan kembali sia-sia.

Kamu yang mungkin saat ini sudah CEO besar, atau department head, atau group head, atau mungkin saat ini baru membawahi 2 orang doang, ingat: Jangan pernah takut memberikan semua yang kamu punya untuk menjadikan mereka semua lebih tinggi, lebih baik dan lebih hebat daripada kamu.

Kamu pasti dan pasti akan baik-baik saja.

Dapet bonus lagi.

Edward adalah creative director dari communication agency and production house Ceritera

  1. Terimakasih insight nya mas Edward, hari ini saya dapat 2 pelajaran penting mengenai perlu nya berjuang untuk kehidupan yang lebih baik dari mas Pinot, dan perspektif lain mengenai pamrih dari mas Edward. Terkadang dipengaruhi oleh lingkungan yang pelit akan ilmu, membuat saya menjadi berpikir sempit mengenai ilmu, dan dari apa yang disampaikan mas Edward, membuat saya tidak perlu lg risau berbagi ilmu dan menjadi seorang pemimpin yang lebih baik, dimulai dari diri sendiri.Terimakasih

  2. Thank you so much for your leadership as long as I’m with you, Ko Edward.
    Am trully blessed!
    Buanyaakkk bgt..smp bingung klo mo disebutkan satu per satu ?

    Dan semua yg dl Ko Edward sll bagikan, msh ada dlm ingatan aku smp saat ini & stp kali ada kesempatan aku sll cb bagikan kpd yg lain. Krn bagian aku adalah membagi dr yg aku dptkan. Bukankah lbh baik memberi drpd menerima? ?

    Sehat sll yaa, Ko Edward & Ci Pancy
    Tuhan sll memberkati tangan kalian dlm byk hal

  3. Because of your writings I’ve always wanted you as my wedding photographer. Too bad that I’m getting married this year, and last year when I asked, ESP has been closed down. But I still follow your adventure :).

    Reading this post reminds me of my mentors who have done so much for me as well. I’m lucky and blessed to have such mentors, and I believe your employees are too. I hope one day I can be such a mentor to others as well.

    Will be waiting for your next post!

  4. Totally agree! Team kita adalah bagian dari keberhasilan kita. Menjadikan mereka keluarga, mempercayai mereka, memberikan kesempatan utk maju, dan mengajarkan apa yang terbaik dr yang pernah kita tau, akan membuat kita terus bertumbuh bersama ? Ngga pernah takut untuk share sesuatu yang baik.

  5. “Kalau kamu betul seorang pemimpin berkharisma, tulus, pintar dan bijaksana, people cannot, want not, and will not harm you.”
    Bukannya org rese selalu ada ya hahaha tp setuju sih, jadiin pandangan bukan patokan, yg artinya kembali ke poin 2, bekal utk membangun diri..

    Dan ttg konsep ‘anak didik’, setuju banget.. gw baru merit, tp udah mulai nyiapin mental sprti itu ke anak, kalo mreka bkn milik gw selamanya, dan mreka harus lbh tinggi dr papanya.. di depan mreka bakal lupa, rese, dsb.. bodo amat, yg penting gw udah ngasih yg trbaik..

    Thx for ur article ya koh

  6. Totally agreee!suka bgt ulasan yg disampaikan.. Saya mmg gk trgbung dlm klmpoknya kak..tp mmbca ulasan ini.mmberikan hal yang postif ngi sya utk smkn brkmbng.?

  7. Thanks Edward, sudah seringkali saya membaca tulisannya beberapa tahun kebelakang ini dan semuanya inspire me. Thanks for sharing 🙂

  8. Bener bgt Ward….rasanya ilmu dan berkah memang justru nambah banyak kl bisa share sesuatu yg penuh manfaat ke org lain….rejeki mah udah ada yg ngatur dan ga balalan ketuker 🙂 semangat ya Ward teruslah menginspirasi…

  9. What an inspiring thoughts, tulisan yang benar-benar membangun , membuka pikiran buat gue yang sekarang ini masih dalam proses pembelajaran berkarya bersama orang lain. Thanks for sharing 🙂

  10. keren banget blog ini…. blog bukan sih? pengen buat klone-nya ah… biar ikutan keren

  11. Kita mesti ikhlas memberikan dan menjalani apa yang ada dalam diri kita. Semua skill, kepandaian datangnya dari Tuhan. Kalopun ada yg ‘nyikut’, pasti akan muncul ide2 baru kok. Rasa takut disaingin akan menjerumuskan kita ke kegagalan.

  12. ESP TEAM is my wedding photographer (pas 2013) and I LOVE EVERYBIT OF IT . LUCKY ME to have them on my special day.
    sekarang sudah mau anniversary 4 tahun.. setiap x lagi ada “ujian” … saya suka liat video wedding saya …. dan itu menjadi salah satu sumber kekuatan buat saya …
    berharga sekali . THANK YOU THANK YOU THANK YOU

    i always admire you , ED.
    Keep posting good stuff. you are such a blessing

  13. Terima kasih sudah mengingatkan kembali ko Edward.
    9tahun lalu gw pernah punya supervisor yang luar biasa kerasnya sampai orang-orang bilang “kok tahan sih sama dia? Kalian ga gila apa diomelin mulu? Ga sedikit yang benci dia di kantor.

    Kenyataannya dia adalah orang yang percaya pada kemampuan gw yang akhirnya membuat gw seperti sekarang, dia melakukan hal yang sama pada 1 teman gw yang udah ibu2 tapi berhasil ditempa menjadi ibu-ibu yang bisa negosiasi dgn regulator dgn baik bahkan sekarang hits banget mbak itu.

    Sekarang saatnya gw harus mentransfer ilmu ke junior gw. Setelah membaca tulisan ini, dengan ikhlas gw akan berkata “gw pengen lu jadi lebih dari gw, karena gw tau lu bisa dan gw transfer semuanya, semoga berguna” karena hidup gw harus berdampak, minimal ke junior gw.

    Makasi ko Edward

  14. terima kasih ko edward sudah membagikan sisi lain dunia yang semakin hilang, semoga dengan tulisan ini semakin banyak benih-benih baru yang lahir dan dipenuhi dengan ketulusan. mari sama-sama berjuang membangun diri sendiri, lingkungan dan negara ini menjadi lebih baik dan tentram.
    sehat selalu buat ko edward

  15. Pak Edward, saya merinding membaca tulisan-tulisan bapak. Alhamdulillah, saya banyak belajar dari yang bapak tulis, termasuk tulisan yang satu ini.

    Pak, saya mau balas budi. Kalau bapak butuh bantuan, mohon kabari ya Pak.

    Salam hormat untuk bapak sekeluarga.

    – Adnan

Comments are closed.