“Gue kepingin hidup gue berguna buat orang lain,” kata anak muda itu sambil mengangkat dagu, mungkin sedikit sombong karena sudah tahu tujuan hidupnya sekarang.
“Semoga pernikahan kami jadi berkat buat orang di sekeliling kami,” didoakan para pengantin di altar pernikahan, tersedak bercampur tangis haru.
“Berkati aku Tuhan, sehingga aku bisa menjadi berkat buat orang-orang disekitarku,” dihaturkan lirih dalam sebuah doa malam sebelum memejamkan mata.
Tapi.
Ketika seseorang datang meminta tolong, anak muda tadi sering menanggapinya dengan helaan napas panjang dan langkah berat.
Ketika sekeliling sang pasangan suami-istri tadi butuh mereka menjadi berkat, malah gerutu dan decakan lidah kesal yang terdengar.
Ketika sumbangsih kamu bisa membuat sekitarmu jadi lebih baik, malah kamu menghindar karena merasa bahwa itu bukan urusan kamu.
Lucu kan ya 🙂
Diminta-minta, tapi ketika diberi, malah ngeloyor pergi.
Ibu saya sering berkata, “Manusia ini sering berdoa, tapi kalau jawabannya datang dalam bentuk yang dia nggak suka, seringkali dia ngotot itu berarti bukan jawaban doa dia.”
🙂
Menurut saya, kita bukannya munafik.
Menurut saya, semua doa dan ucap tadi tulus adanya.
Karena memang yang membuat hidup itu betul-betul penuh, adalah ketika hidup kita bisa berguna buat orang lain. Ketika kehadiran dan sumbangsih kita membuat orang lain terangkat, naik, tersenyum, tergugah, tertolong, jadi lebih kuat, jadi lebih baik.
Hanya saja, kita sebagai manusia, cepat lupa akan apa yang kita pernah ucapkan.
Mungkin doa-doa di awal tulisan ini diucapkan tanpa mengingat bahwa menjadi berkat buat orang lain itu, susah.
Karena sebelum kita tiba di taman kenikmatan sejati yang didapat dari menolong sesama, ada sebuah tembok tinggi yang menjulang menghadang.
Nama tembok itu: Kepentingan diri sendiri.
Terpampang nyata ditulis dengan grafitti merah di permukaannya.
Memanjat tembok memang bukan urusan mudah.
Apalagi buat mereka yang pertama kali mencobanya.
Namun buat yang berhasil dan bisa masuk ke dalam, ketika sudah melihat indahnya si taman, harumnya bunga, damainya suara gemericik air, dan sejuknya rumput di bawah kaki mereka, tiba-tiba urusan memanjat tembok ini menjadi sedikit lebih mudah.
Si tembok tadi jadi sedikit lebih pendek.
Atau mungkin tinggi si tembok sebetulnya tetap sama, namun mereka-mereka ini yang jadi lebih bertenaga merasakan nikmatnya taman tadi.
Pokoknya, mengalahkan rasa egois dan kepentingan diri sendiri, jadi lebih mudah buat mereka yang sering melakukannya.
Kali kedua lebih mudah dari yang pertama, Kali ketiga lebih ringan dari yang kedua.
Semua orang, pasti mau menjadi berkat buat orang lain. Pasti mau masuk ke taman nikmat tadi.
Yang dibutuhkan orang, seringkali adalah dorongan pantat untuk memanjat tembok tadi.
Atau mungkin pengingat bahwa hal-hal yang dulu kamu doakan, saat ini sedang ada di depan kamu.
Bentuknya sering kali tidak glamour, tapi seringkali bunyinya sebagai berikut: “Tolong dong”, “Kamu bisa bantu ga?”, “Kamu sibuk ga besok malam?”, “Kamu punya 5 menit?”, “Kalau kamu bisa, aku lagi benar-benar butuh.”
Doa kamu, sebetulnya sedang dijawab.
Hanya saja, kita sebagai manusia, sering lupa.
Musti ada pengingat.
Anggap saja, tulisan ini, salah satunya.
*Edward Suhadi adalah creative director Ceritera, sebuah storytelling agency di Jakarta.
Setuju sekali. Kadang kita berpikir terlalu besar, padahal mungkin berkat yang kita berikan (dan yang diminta Tuhan berikan kepada orang lain) adalah sesuatu yang (kita anggap) kecil.
Satu senyuman
Satu pelukan
Satu hiburan
Satu mulut yang perlu diberi makan
Dst
Seperti yang Bunda Teresa katakan : not everyone can do great things but everyone can do small things with great love
Thank you for reading
Always love ur writings…
udah sejak lama baca tulisan2nya,dan selalu menyentuh hati,membuka pikiran…
thanks for sharing it 🙂
Tulisan yang luar biasa. Simple but loud.
Kita kadang suka nga ngerti apa yang kita minta. Sering cuma latah aja ngikutin orang, karena terdengar dan terasa baik. Karena memang manusia diciptakan untuk menjadi baik dan berguna bagi sesamanya, jadi memang tembok kepentingan diri sendiri itu harus bisa dilewati. Thanks for reminding.
Sangat menginspirasi
Diposting 5 November, my birth date, dan title nya adalah doa saya ko, di hari ulang tahun lalu.
Ah, postingan ini benar2 pengingat!
Thanks ko
“menyentil” sekali …
thank you Ko